Maret 12, 2025

Komitmen Dukung Swasembada Energi, PHE Sumbang 69% Total Produksi Minyak Nasional

Jakarta, 12 Maret 2025 — PT Pertamina Hulu Energi (PHE) sebagai Subholding Upstream Pertamina terus berkomitmen mendukung Program Asta Cita dengan mengedepankan target swasembada energi nasional sebagaimana yang dicanangkan Presiden Prabowo Subianto. Hal tersebut ditegaskan PHE dalam acara Energi Forum: Kesiapan Indonesia Menuju Swasembada Energi yang diinisiasi oleh Detikcom berkolaborasi dengan Komisi XII DPR RI yang digelar di Jakarta, Selasa (11/3/2025).

Acara Energi Forum: Kesiapan Indonesia Menuju Swasembada Energi merupakan rangkaian acara sebagai tindak lanjut dalam mewujudkan swasembada energi di Indonesia. Acara ini diikuti oleh peserta dari berbagai stakeholder dalam menghadapi tantangan dan kebutuhan energi dalam negeri, untuk memastikan ketahanan energi nasional yang mandiri dan berkelanjutan.

Turut hadir dalam acara ini yaitu Ketua Komisi XII DPR RI Bambang Patijaya, Wakil Ketua Komisi XII DPR RI Sugeng Suparwoto, Sekretaris SKK Migas Luky A Yusgiantoro, Dirjen Minerba Kementerian ESDM Tri Winarno dan Direktur Sumber Daya Manusia Antam Achmad Ardianto.

Direktur Pengembangan dan Produksi PHE Awang Lazuardi mengatakan dalam memenuhi kebutuhan energi nasional, khususnya kebutuhan minyak dalam negeri, PHE melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan produksi. Menurut Awang, pada tahun 2024 PHE telah berkontribusi terhadap produksi minyak nasional sekitar 400 ribu barel per hari (MBOPD) atau setara dengan 69% total produksi nasional.

“Jangka pendek kita melakukan workover, multistage fracturing, infill drilling, reaktivasi idle well untuk menahan natural decline (penurunan produksi alamiah),” ujarnya.

Sementara untuk jangka menengah (mid term) dan jangka panjang (long term), ungkap Awang, PHE secara masif melakukan eksplorasi, menerapkan teknologi Enhanced Oil Recovery (EOR) untuk mengoptimalisasi sumur-sumur lama. Teknologi EOR dengan metode steamflood sudah diterapkan di Blok Rokan. Metode ini dilakukan dengan menginjeksikan uap ke dalam reservoir minyak.

“EOR ini teknologi yang ramah lingkungan namun costnya tinggi, dan tidak semua lapangan bisa applicable untuk EOR,” paparnya.