ITB dan Kemendes dorong Teknologi Tepat Guna Pengolahan dan Pengawetan Ikan Laut di Pulau Misool, Papua Barat Daya

 


Pagi ini tanggal 19 November 2024, bertempat di Desa Audam, Kec. Misool Timur, Kab. Raja Ampat, Papua Barat Daya dilaksanakan kegiatan Program Pengabdian Masyarakat 3T Wilayah Indonesia Timur antara Institut Teknologi Bandung (ITB) dan Kementerian Desa (kemendes) Tahun 2024. Kegiatan berjudul Transfer Teknologi Tepat Guna untuk Pengolahan dan Pengawetan Ikan Laut di Desa Audam, Kec. Misool Timur, Kab. Raja Ampat, Papua Barat Daya tersebut dipimpin oleh Dr. Acep Purqon dosen Fisika FMIPA ITB.

Kegiatan tersebut dimaksudkan mengoptimalkan hasil ikan laut yang cukup berlimpah di pulau misool. Kegiatan ini bersifat top-down dimana ada permintaan kebutuhan dari desa ke aplikasi desanesha , lalu ditindaklanjuti oleh ITB dan kemendes dengan menugaskan tim dosen dan mahasiswa ITB tersebut di lokasi-lokasi 3T. Adapun tim dari ITB terdiri dari 3 dosen dari 3 fakultas berbeda yang dimaksudkan untuk penyelesaian permasalahan secara multidisiplin, yaitu Dr. Acep Purqon (FMIPA ITB), Dr. Ramadhani Eka Putra (SITH ITB), Dr. Indria Herman (FTMD ITB), juga Dr. Ida Kinasih (UIN Bandung), serta Restu mahasiswa ITB. Acep berujar bahwa para dosen dan mahasiswa menyambut positif kegiatan pengabdian masyarat terutama ke 3T, sehingga teknologi yang ada di kampus bisa dimanfaatkan ke daerah-daerah yang membutuhkan.

Lebih lanjut, ITB juga menggandeng salah satu universitas yang juga punya mahasiswa dari pulau misool yaitu Universitas Pendidikan Muhammadiyah (UNIMUDA) Sorong, Papua barat daya. Rektor UNIMUDA Dr. Rustamadji menyambut gembira kegiatan bersama tersebut, dan mendorong kegiatan lebih erat dengan mengirimkan 2 dosen dan 10 mahasiswa Unimuda untuk berkegiatan bersama di lokasi tersebut. Johny salah satu mahasiswa unimuda yang juga mahasiswa berasal dari desa Audam tersebut merasakan kegembiraannya karena bisa menerapkan teknologi sederhana tapi bermanfaat untuk desanya di masa depan. Begitu pun Fitri salah satu dosen dari prodi perikanan menyambut positif kegiatan bersama tersebut.

Warga desa Audam sangat antusias untuk melakukan kegiatan ini. Salah satu teknik yang dilakukan adalah teknik tradisional dari Jepang saat membersihkan ikan untuk kebutuhan sushi. Teknik tersebut disebut Chinuki. Teknik ini adalah membersihkan ikan segar dengan cara menyemprotkan air ke jalur darah dengan maksud membuang darah segar dari jalur ujung-ujung tulang ikan. Chinuki sendiri berarti Chi berarti darah dan nuki yang berarti mengeluarkan darah. Proses ini sangat sederhana, namun efektif untuk memperlambat proses pembusukan sehingga lebih awet, terutama untuk kebutuhan ikan segar seperti sushi.

Selanjutkan untuk memperlambat proses pembusukan juga dilakukan proses UV sterilizer dan juga ozone generator serta seal vaccum. Lebih lanjut kalau kebetulan listrik tersedia, maka bisa juga tetap disimpan di cold storage agar lebih awet lagi. Pendekatan teknik chinuki ini cukup efektif untuk daerah-daerah yang terbatas listrik dan air. Tentu kebutuhan teknologi tepat guna ini disesuaikan dengan potensi masing-masing daerah semisal pengasapan ikan dll. Hal lain juga pemanfaatakan jeroan ikan untuk pupuk alami untuk daerah-daerah yang kesulitan mendapatkan pupuk bisa memanfaatkan potensi pupuk di sekitarnya.

Seluruh jajaran perangkat desa juga hadir yaitu Mathias Fadimpo (ketua kampung), Selvie Siwi (sekretaris kampung) dan Elon Kamelane (bendahara kampung). Dalam sambutannya, ketua kampung Mathias meminta semua warga memanfaatkan sebaik-baiknya teknologi ini agar bisa mengoptimalkan hasil ikan laut di pulau misool ini.

Pulau Misool ini adalah pulau yang sangat cantik. Bahkan termasuk jalur yang dilewati ikan paus. Penduduk bisa bermain dan bercengkrama dengan ikan lumba-lumba juga. Pulau ini hanya bisa diakses oleh kapal saja dan tidak bisa dengan pesawat. Menggunakan kapal diperlukan sekitar 13 jam dari jam 20 malam akan tiba sekitar jam 9 pagi. Kapal dari sorong ke pulau ini hanya ada seminggu sekali. Pulau yang sangat eksotik sebagaimana pulau-pulau di raja ampat pada umumnya ini masih menjaga alam dengan baik , berdasarkan aturan adat yang tegas. Hal ini bisa dilihat dari hutan yang terjaga dengan baik sehingga bisa menjaga ketersediaan air bersih sepanjang musim. Bahkan bisa ditemui burung-burung eksotik seperti cendrawasih.