Jakarta : Indonesia merupakan bangsa yang kaya akan keberagaman budaya, suku, agama, dan tradisi. Keberagaman ini adalah kekuatan besar, tetapi juga dapat menjadi sumber tantangan dalam menjaga harmoni sosial. Dalam konteks ini, kepemimpinan perempuan memiliki peran strategis untuk menjembatani perbedaan, menjaga stabilitas sosial, dan menginspirasi perubahan positif. Kepemimpinan perempuan di Indonesia telah berkembang dari sekadar menjadi pengelola rumah tangga menjadi agen perubahan di berbagai bidang,
Kepala Badan Kesatuan Bangsa Politik Provinsi Papua Barat Daya, Dr. Sellvyana Sangkek, S.E., M.Si., saat didaulat menjadi pembicara dalam acara memperingati HUT ke-6 Ikatan Pimpinan Tinggi Perempuan Indonesia mengatakan dalam sejarahnya, perempuan Indonesia telah menunjukkan keberanian dan ketangguhan dalam menghadapi berbagai tantangan, mulai dari perjuangan melawan penjajahan hingga menghadapi tantangan era modern seperti kesenjangan gender dan transformasi digital.
” Kontribusi kepemimpinan perempuan dalam membangun Indonesia yang lebih harmonis dan inklusif. Selain menyoroti pencapaian perempuan di berbagai bidang, fokus juga diberikan pada tantangan yang mereka hadapi, seperti stereotip gender, akses terbatas, dan kekerasan berbasis gender, serta peluang yang muncul di era digital. Dengan menggunakan pendekatan lintas sektor dan data dari berbagai negara, diharapkan makalah ini dapat memberikan perspektif yang lebih
mendalam” kata Sellvyana Sangkek mengulas makalah berjudul Menjadi Pelopos Harmoni; Kepemimpinan Perempuan Menuju Indonesia Gemilang, Rabu (18/12) di Lantai 4 Gedung Perpustakaan Nasional RI, Jl. Medan Merdeka Selatan Jakarta.
Dalam masa perjalanan panjang, perempuan Indonesia kata Sellvyana Sangkek, perempuan telah banyak memberikan kontribusi bagi bangsa Indonesia yang tidak dapat dipandang sebelah mata, selain itu perempuan Indonesia juga menjadi penjaga harmoni sosial, serta agen transformasi sosial.
” Perempuan memiliki kemampuan unik dalam menjembatani perbedaan antar kelompok melalui pendekatan empati dan kolaborasi. Di wilayah Papua Barat Daya, perempuan sering menjadi penjaga tradisi dan budaya, memainkan peran sebagai mediator dalam konflik antar kelompok, serta memperkuat harmoni melalui inisiatif berbasis komunitas” kata Sellvyana Sangkek.
Selain peran, tantangan bagi perempuan kedepan diantaranya, adanya Stereotip Gender, Akses Terbatas, dan msih adanya Kekerasan Berbasis Gender, namun disisi lain terdapat peluang besar yang dapat dimanfaatkan perempuan antara lain Era Digital yang memberi ruang semakin luas untuk membangun Jejaring Global sehingga antara perempuan Indonesia dapat terhubungan dengan komunitas maupun organisasi global lainnya.