Januari 11, 2025

Kemitraan UNIMUDA Sorong dan UNICEF Papua: Sukses Tingkatkan Literasi, Berbagi Praktik Baik di Gelar Wicara Internasional

SNANE PAPUA – Universitas Pendidikan Muhammadiyah (UNIMUDA) Sorong, Papua Barat Daya, berbagi praktik baik pengelolaan pendidikan daerah terpencil. Paparan praktik baik ini disampaikan dalam gelar wicara internasional bertajuk “Berbagi Pengalaman Pengelolaan Pendidikan di Wilayah Terpencil” di Tarakan, Kalimantan Utara, pada 4-5 Desember 2024. Kegiatan ini diselenggarakan oleh FKIP Universitas Borneo Tarakan (UBT) dan Program Inovasi untuk Anak Sekolah Indonesia (INOVASI), sebuah kemitraan pendidikan antara Australia dan Indonesia.

“Kemitraan antara UNIMUDA dan UNICEF berhasil menekan jumlah siswa yang tidak bisa membaca di Papua dari 62% menjadi 27%,” terang Dr. Nursalim, M.Pd., akademisi UNIMUDA di Sorong, Papua Barat Daya, Senin (9/12/2024).

Paparan: Akademisi UNIMUDA Sorong, Dr. Nursalim, M.Pd., memaparkan strategi UNIMUDA dan UNICEF untuk meningkatkan mutu pendidikan di daerah terpencil dalam gelar wicara internasional bertajuk “Berbagi Pengalaman Pengelolaan Pendidikan di Wilayah Terpencil” di Tarakan, Kalimantan Utara. Acara ini diselenggarakan oleh FKIP Universitas Borneo Tarakan (UBT) dan Program Inovasi untuk Anak Sekolah Indonesia (INOVASI), sebuah kemitraan pendidikan antara Australia dan Indonesia.

 

Dr. Nursalim menjelaskan bahwa Papua menghadapi tantangan pendidikan yang kompleks. Selain tantangan geografis dan infrastruktur, Papua juga dihadapkan dengan tingginya jumlah anak tidak bersekolah (ATS). Menurut estimasi UNICEF berdasarkan SUSENAS 2022, terdapat sekitar 174.000 ATS di Tanah Papua, setara dengan 16,64% dari populasi anak usia sekolah (7-18 tahun). Dari jumlah tersebut, 46% adalah perempuan dan 54% laki-laki. Tantangan ini semakin diperparah dengan kesenjangan standar pelayanan minimum (SPM) yang tertinggi berada di tingkat SD, meskipun mayoritas sekolah di Papua telah terakreditasi lebih dari 60%.

UNIMUDA bersama UNICEF Papua meluncurkan program pengembangan kompetensi guru untuk meningkatkan mutu pendidikan di Tanah Papua. Program ini memperkuat guru, dosen, mahasiswa, dan mata kuliah literasi di perguruan tinggi dengan fokus pada literasi baca tulis dan numerasi berbasis kesetaraan gender, disabilitas, dan inklusi sosial (GEDSI) dan disiplin positif. Inisiatif ini mencakup pengembangan modul, buku, LMS, video, dan kurikulum, serta pelatihan bagi dosen dari tujuh kampus mitra untuk mendukung pengembangan kemampuan literasi mahasiswa.

Program ini diimplementasikan melalui berbagai kegiatan seperti proses belajar mengajar, PPL/Magang/Asistensi Mengajar, Kampus Mengajar, KKN/KPM, dan riset. Advokasi dengan berbagai pihak di tingkat provinsi dan nasional juga dilakukan untuk memastikan dukungan dan keberlanjutan program. Dokumentasi menunjukkan peningkatan kualitas pendidikan di sekolah-sekolah intervensi, dengan penurunan persentase siswa yang tidak bisa membaca di semua area. Misalnya, di Paniai, Papua, persentase siswa non-pembaca turun dari 68% menjadi 25%, dan di Kaimana, Papua Barat, turun dari 23% menjadi 3%.

Provincial Manager INOVASI Kaltara, Agus Prayitno, sangat terkesan dengan keberhasilan kemitraan antara UNIMUDA dan UNICEF di Papua. Ia menyebut kemitraan ini telah berhasil membawa “learning” ke sekolah-sekolah di daerah terpencil di Papua.

Diskusi: Akademisi UNIMUDA Sorong, Dr. Nursalim, M.Pd., dan Pria Santri Beringin, Education Specialist UNICEF Papua, berdiskusi dengan guru dan pengelola Kelompok Kerja Guru Pulau Bunyu, Bulungan, Kalimantan Utara, tentang pengembangan produk pembelajaran. Dr. Nursalim, M.Pd., hadir di Kaltara untuk menjadi salah satu narasumber dalam gelar wicara internasional bertajuk “Berbagi Pengalaman Pengelolaan Pendidikan di Wilayah Terpencil” di Tarakan, Kalimantan Utara, pada 4-5 Desember 2024. Acara ini diselenggarakan oleh FKIP Universitas Borneo Tarakan (UBT) dan Program Inovasi untuk Anak Sekolah Indonesia (INOVASI), sebuah kemitraan pendidikan antara Australia dan Indonesia.

 

Agus mengatakan, baru-baru ini Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Abdul Mu’ti, berbicara kepada media tentang pentingnya mengubah paradigma dari “schooling” (sekolah) menjadi “learning” (belajar) untuk mengatasi masalah pendidikan di daerah terpencil.

Paradigma “learning” memungkinkan pembelajaran dilakukan di mana saja dan melibatkan banyak pihak seperti dosen, mahasiswa, dan relawan.

Semua pihak, termasuk universitas, pemerintah, dan komunitas, didorong untuk berkolaborasi menemukan solusi yang tepat bagi pendidikan di daerah terpencil. Dengan bekerja sama, tantangan pendidikan di daerah terpencil dapat diatasi dengan lebih efektif.

“Kemitraan UNIMUDA dan UNICEF ini merupakan salah satu contoh baik dalam mengimplementasikan paradigma ‘learning’ tersebut,” tambahnya.

Dekan FKIP Universitas Borneo Tarakan, Dr. Suyadi, M.Ed., mengatakan bahwa kegiatan gelar wicara ini diikuti oleh ratusan peserta dari seluruh Indonesia, baik secara online maupun hadir langsung. Narasumber dari Australia, Maluku, Papua Barat Daya, Kaltara, DPRD, BPMP, BGP, dan media turut berbicara dalam kegiatan ini.

Kegiatan ini bertujuan memperkuat peran universitas bersama ekosistem pendidikan dalam mendorong perubahan paradigma pendidikan daerah terpencil dari “schooling” menjadi “learning”.

“Kami berterima kasih atas kehadiran UNIMUDA dan UNICEF Papua. Semoga pengalaman dari Tanah Papua ini dapat menginspirasi banyak pihak,” tutupnya.